Sabtu, 25 Desember 2010

PANDANGAN CURTURAL STUDIES TENTANG FALSAFAH SUNDA

Oleh: Muhammad Yuwafi Muttaqien

Jawa Barat yang kaya akan nilai-nilai budaya dan flsafah hidup, sangat di harapkan mampu mengisi dan menjadi anutan bangsa Indonesia. Salah satu nilai budaya dan falsafah sunda itu adalah Silih Asih, Silih Asah, dan Silih Asuh ‘Tri Silas’. Ini merupakan motto yang ada dan melekat pada individu masyarakat Jawa Barat. Tri Silas ini merupakan sebuah sistem yang harus menjadi pedoman setiap individu dalam menghadapi segala bentuk fenomena kehidupan pada saat ini, baik dalam kehidupan yang kecil (keluarga) maupun yang sangat besar atau luas (masyarakat), apalagi dalam menghadapi situasi dan kondisi seperti sekarang ini, yang mana banyak kemorosotan moral.
Makna dari Tri Silas ini adalah, Silih Asih adalah wujud komunikasi dan interaksi religius-sosial yang menekankan sapaan cinta kasih Tuhan dan merespon cinta kasih Tuhan tersebut melalui cinta sesama. Atau dengan kata lain Silih Asih adalah sifat saling monghormati antara sesama, manusia tidak ada yang dipandang superior maupun imperior, tidak saling membedakan antara manusia satu dengan manusia lainnya, maupun dengan diri sendiri. Konsep Silih Asih ini menjadikan masyarakat sunda menjadi teratur, dinamis, dan harmonis.
Masyarakat Silih Asah adalah masyarakat yang saling mengembangkan diri untuk memperkaya khazanah pengetahuan dan teknologi. Sistem ini melahirkan etos dan semangat ilmiah dalam masyarakat religius merupakan upaya untuk menciptakan otonomi dan kedisiplinan sehingga tidak memiliki ketergantungan terhadap orang lain, sebab tanpa tradisi ilmu pengetahuan dan teknologi dan semangat ilmiah, suatu masyarakat akan mengalami ketergantungan dan mudah tertindas dan terjajah. Sistem ini adalah semangat interaksi untuk saling mengembangkan diri ke arah penguasaan dan penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga masyarakat memiliki ilmu pangetahuan yang baik dan disiplin yang tinggi.
Masyarakat Silih Asuh memandang kepentingan kolektif maupun pribadi mendapatkan perhatian serius melalui saling tegur sapa, dan saling menasehati. Sistem ini lah yang akan memperkuat antara sistem yang sebelumnya yaitu, Silih Asih, dan Silih Asah dalam masyarakat Sunda. Oleh sebab itu, dalam masyarakat Sunda sangat jarang terjadi konflik dan kericuhan, tetapi ada kelompok lain yang mengusik ketenangan maskyarakat Sunda, maka akan bangkit melawan, dan serentak secara spontan. Ini merupakan perwujudan dari ajaran Tuhan yang Maha Esa yaitu akhlak. Hal ini kemudian dilembagakan dalam amar ma’ruf nahi munkar. Dengan demikian Silih Asuh ini merupakan pembebasan dalam masyarakat sunda dari kebodahan, keterbelakangan, kegelisahan hidup dan segala bentuk kajahatan.
Dalam Cultural Studies melihat akan salah satu falsafah Sunda yaitu Silih Asih, Silih Asah, dan Silih Asuh ini merupakan Identitas yang ada dalam setiap diri masing-masing masyarkat Sunda. Identitas ini akan menjadi ciri yang pasti akan terlihat secara mencolok dan berbeda dengan kelompok masyarkat yang lain.
Identitas ini memberikan kita suatu lokasi di dunia dan menyajikan hubungan antara kita dan masyarkat di man kita hidup. Ini akan membuat masyarakat Sunda akan di kenal oleh masyakat selain Sunda baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri.
Identitas ini pula kan mengingatkan kita, atau sadar akan budaya Sunda kita sendiri, karena Saha deui nu ngamumule, lamun lain urang. Itu pula salah satu nilai untuk mengingatkan masyarakat Sunda yang sudah lupa kembali ‘kerumah sendiri’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar